Surat untuk Dinda

Oleh : Hendrika LW

Saat malam memeluk kesunyian
Kutuliskan seluruh rasa ini
Pada lembaran-lembaran biru
yang takkan pernah habis

Kuingin kau tahu, Dinda

Perasaan ini berantakan tanpamu
Sehari saja tak mendengar suaramu
Diriku seperti dalam lorong waktu
Yang amat panjang tak berujung

Setiap saat, cinta ini meletup-letup
Bila cemburu menyelinap
Namun juga berbunga-bunga
Ketika kurasakan kehadiranmu yang utuh

Dinda sayangku,
setiap derap langkah ini
adalah detik waktu
yang mencatat nostalgia kita

Empat tahun berlalu,
kita tak ingin menyebut
perjalanan ini sebagai kenangan

Karena kita masih ingin
merajut hari-hari indah
dan terus mengurai waktu
dalam impian yang sama

Saling menjelajahi
hingga ke dalam jiwa
yang kemudian menemukan
muara kesamaan

Ternyata kita adalah kembaran
Belahan jiwa

Sejak saat itu,
Perasaan seperti samudra luas
yang mengalirkan kerinduan
ke dalam jiwa tiada henti

Sayangku,
kala senja menjelang
Aku ingin menghias janur kuning
dan melempar senyum merekah
hingga rembulan cemberut

Tapi,
entah berapa lama lagi
kita menapaki jalan
menuju impian itu?

Aku ingin
kita meneguk kopi bersama
dalam satu cangkir yang sama pula

Sayangku,
Semoga waktu menjodohkan kita
Untuk menenun cinta ini
dalam motif bunga kebahagiaan

Pada saatnya
Kita mengukir malam menjadi bulan
yang meneteskan kehangatan

Aku ingin merangkul candamu
dan mendekap erat dirimu
dalam puisi-puisi malam

Akan kuraih mawar jingga itu
hingga fajar tersenyum kembali
Menyaksikan mawar yang basah oleh rinai hujan asmara semalam

Ah sayangku,
Mimpi-mimpi yang kau tabur
Akan bersemi dan bertumbuh
Bersama cinta yang kutanam

Karena kau dan aku
adalah satu dalam rangkuman
cinta yang sama
Cinta belahan jiwa

 

Hendrika LW, Penulis Sastra dan film

Posting Komentar

0 Komentar

MEDIA ONLINE YANG MENYAJIKAN INFORMASI SEPUTAR WANITA YANG MENGINSIPRASI SUPAYA MEMILIKI ENERGI YANG POSITIF