Saat malam memeluk kesunyian
Kutuliskan seluruh rasa ini
Pada lembaran-lembaran biru
yang takkan pernah habis
Perasaan ini berantakan tanpamu
Sehari saja tak mendengar suaramu
Diriku seperti dalam lorong waktu
Yang amat panjang tak berujung
Setiap saat, cinta ini meletup-letup
Bila cemburu menyelinap
Namun juga berbunga-bunga
Ketika kurasakan kehadiranmu yang utuh
Dinda sayangku,
setiap derap langkah ini
adalah detik waktu
yang mencatat nostalgia kita
Empat tahun berlalu,
kita tak ingin menyebut
perjalanan ini sebagai kenangan
Karena kita masih ingin
merajut hari-hari indah
dan terus mengurai waktu
dalam impian yang sama
Saling menjelajahi
hingga ke dalam jiwa
yang kemudian menemukan
muara kesamaan
Ternyata kita adalah kembaran
Belahan jiwa
Sejak saat itu,
Perasaan seperti samudra luas
yang mengalirkan kerinduan
ke dalam jiwa tiada henti
Sayangku,
kala senja menjelang
Aku ingin menghias janur kuning
dan melempar senyum merekah
hingga rembulan cemberut
Tapi,
entah berapa lama lagi
kita menapaki jalan
menuju impian itu?
Aku ingin
kita meneguk kopi bersama
dalam satu cangkir yang sama pula
Sayangku,
Semoga waktu menjodohkan kita
Untuk menenun cinta ini
dalam motif bunga kebahagiaan
Pada saatnya
Kita mengukir malam menjadi bulan
yang meneteskan kehangatan
Aku ingin merangkul candamu
dan mendekap erat dirimu
dalam puisi-puisi malam
Akan kuraih mawar jingga itu
hingga fajar tersenyum kembali
Menyaksikan mawar yang basah oleh rinai hujan asmara semalam
Ah sayangku,
Mimpi-mimpi yang kau tabur
Akan bersemi dan bertumbuh
Bersama cinta yang kutanam
Karena kau dan aku
adalah satu dalam rangkuman
cinta yang sama
Cinta belahan jiwa
Hendrika LW, Penulis Sastra dan film
0 Komentar